Saturday, 5 April 2014

TBC DAN CARA PENGOBATANYA

Penyakit Tuberculosis Beserta Obatnya


TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

A. Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.

B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.


C. Patofisiologi
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).

D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
BB klien biasanya menurun; agak kurus.
Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.
Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
Sesak nafas.
Nyeri dada.
Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam hari).

E. Pemeriksaan Penunjang

Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.
Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

F. Penatalaksanaan

Dalam pengobatan
TB paru dibagi 2 bagian :
Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.
Ethambutol 1000 mg.
Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
INH.
Rifampicin.
Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.

Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
Rifampicin.
Isoniazid (INH).
Ethambutol.
Pyridoxin (B6).
ARSITAM 500 MG

KOMPOSISI :
Tiap tablet Arsitam 500 mengandung,
Etambutol HCl    500 mg


INDIKASI :
Anti-tuberkulosa.
Penggunaan bukan sebagai obat tunggal, tetapi dikombinasi dengan paling sedikit satu macam obat antituberkulosa, misalnya rifampisin, INH.


CARA KERJA OBAT :
- Etambutol merupakan tuberkulostatik dengan mekanisme kerja menghambat sintesa RNA.
- Absorpsi setelah pemberian per oral cepat.
- Ekskresi sebagian besar melalui ginjal, hanya lebih kurang
10% diubah menjadi metabolit yang inaktif.
- Obat ini tidak dapat menembus jaringan otak, tetapi pada penderita meningitis tuberkulosa dapat ditemukan kadar terapeutik dalam cairan serebrospinal.
- Banyak digunakan pada pengobatan ulang atau kasus resistensi primer, dalam hal ini
dikombinasi dengan antituberkulosa lain.

KONTRA INDIKASI :
- Anak-anak di bawah usia 13 tahun.
- Neuritis optikus.
- Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.

EFEK SAMPING :
- Efek samping obat yang perlu diperhatikan adalah toksisitas okuler yang tergantung pada dosis dan lamanya pengobatan. Pada umumnya perubahan visual reversibel selama beberapa minggu atau beberapa bulan, tetapi bisa juga setelah 1 tahun atau lebih, bahkan irreversibel. Neuritis Retrobulbar bilateral bisa terjadi dengan gejala : terjadinya penurunan ketajaman visual; kehilangan kemampuan membedakan warna; penyempitan lapangan pandangan; skotomata sentral dan perifer.
- Efek samping lain yang dilaporkan : reaksi anafilaktoid; pruritus; dermatitis; anoreksia; nyeri abdomen; demam; nyeri sendi; gangguan gastrointestinal (mual, muntah); malaise; sakit kepala; pusing; gelisah; disorientasi; halusinasi. Walaupun jarang ditemukan, bisa timbul rasa kaku dan kesemutan pada ekstremitas yang disebabkan karena neuritis.


PERINGATAN DAN PERHATIAN :
- Pemeriksaan mata harus dilakukan sebelum pengobatan.
- Penderita dinasihatkan untuk segera melapor kepada dokter apabila terjadi perubahan ketajaman visual.
- Etambutol harus dihentikan dengan segera apabila terjadi gangguan visual.
- Pada penderita dengan gangguan visual seperti katarak; peradangan mata yang berulang; neuritis optikus; retinopati diabetik; evaluasi perubahan visual lebih sulit dilakukan. Oleh karena itu harus dapat dibedakan dengan pasti antara perubahan visual karena penyakit-penyakit/keadaan-keadaan tersebut dengan perubahan visual yang disebabkan karena etambutol. Pada penderita ini harus dipertimbangkan antara keuntungan pemakaian etambutol dengan kemungkinan terjadinya efek samping.
- Pada pengobatan jangka panjang pemeriksaan fungsi organ harus dilakukan secara periodik termasuk ginjal; hati; hematopoetik.
- Hati-hati pemberian etambutol pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Pada penderita ini dosis harus diturunkan dan disesuaikan dengan kadar etambutol dalam darah.
- Data-data yang menunjang keamanan pemakaian etambutol pada wanita hamil dan menyusui belum mencukupi.


ATURAN PAKAI :
Dosis lazim : 15-25 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal.
Pengobatan awal.
Penderita yang belum pernah mendapat pengobatan anti-tuberkulosa sebelumnya, dosis etambutol adalah : 15 mg/kg berat badan/hari dalam dosis tunggal setiap 24 jam.Pengobatan ulang.
Pada penderita yang pernah mendapat pengobatan anti-tuberkulosa sebelumnya, dosis etambutol adalah : 25 mg/kg berat badan/hari dalam dosis tunggal setiap 24 jam.

Tabel dosis di bawah ini untuk memudahkan penggunaan etambutol.


TABEL ARSITAM
TABEL ARSITAM
TABEL ARSITAM
TABEL ARSITAM

KEMASAN & NO REG. :
Arsitam 500 tablet :
Dus, 10 strip @ 10 tablet No. Reg. : DKL 8315603910 B1


Simpan di tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya


 
BACBUTINH TABLET

• Ethambutol merupakan tuberkuloslatik dengan mekanisme keria menghambat sintesa RNA Absorbsi setelah pemberian per oral cepat Eksresi sebagian besar melalui ginjal, hanya lebih kurang 10% diubah menjadi metabolit yang inaktif. Ethambutol tidak dapat menembus janngan otak tetapi pada penderita meningitis tuberkulosa dapat ditemukan kadar terapeutik dalam cairan serebrospinal.
• INH secara in vitro mempunyai sifat bakterisid maupun bakteriostatik tetapi in vivo hanya bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja INH terhadap bakteri ekstra dan intra selular belum diketahui dehgan pasti, diduga mekanisme kerja yang utama adalah menghambiT biosintesa asam mikolat pada dinding sel mikobakterium INH menyebabkan hilangnya sifat tahan asam mikobakterium yang peka
• Vitamin B6 untuk mencegah neuritis perifer yang disebabkan pemakaian isoniazid.


KOMPOSISI:
Tablet berlapis dua Bacbutinh
Ethambutol HCI             250      mg
Isoniazid             100      mg
Pyridoxine HCI              5      mg     500      mg 200      mg 10      mq


INDIKASI:
Pengobatan permulaan dan pengobatan ulang pada tuberkulosa dan pencegahan pada kasus tuberkulosa inaktif.

DOSIS:
•   Disesuaikan dengan berat badan.
•   Untuk pengobatan pertama dan profilaksis diberikan dosis tunqqal ethambutol 15 mg/kgBB/hari dan INH 300 mg/hari.
•   Untuk pengobatan ulang 60 hari pertama diberikan dosis tungqal ethambutol 25 mg/kgBB/hari dan INH 300 mg/hari.
•   Sebaiknya diberikan dalam keadaan perut kosong.


INTERAKSI OBAT:
INH dapat menurunkan ekskresi fenitoin sehingga kadar dalam darah meningkat

EFEK SAMPING :
Efek samping yang disebabkan ethambutol:
• Efek samping obat yang perlu diperhatikan adalah toksisitas okuler yang tergantung pada dosis dan lamanya pengobatan. Menurut laporan pada dosis 25 mg/kg8B/hari selama 2 bulan, diikuti dengan 15 mg/kg BB/hari, angka kejadian efek samping tersebut 0,8 %.
• Pada umumnya perubahan visual reversibel selama beberapa minggu atau beberapa bulan, tetapi bisa juga setelah 1 tahun atau lebih bahkan irreversibel. Neuritis_ retrobulbar bilateral bisa terjadi denoan
- terjadi penurunan ketajaman visual.
- kehilangan kemampuan membedakan warna.
- penyempitan lapangan pandang.
- sootomata sentral dan perifer.
• Efek samping lain yang dilaporkan :
Reaksi anafilaktoid, pruritus, dermatitis, anoreksia, nyeri abdomen, demam, nyeri sendi, gangguan gastro-intestinal (mual, muntah) malaise, sakit kepala, pusing, gelisah, disorientasi, halusinasi
•  Walaupun jarang ditemukan, bisa timbul rasa kaku dan kesemutan pada ekstremitas yang disebabkan karena neuritis perifer
Efek samping yang disebabkan INH :
•  Neuritis  perifer.   neuritis  optikus  yang  biasanya  reversibel   optik neuropati, konvulsi.
•  Peningkatan transaminase serum, bilirubinemia, ikterus dan kadanq-kadang hepatitis.
•  Sindroma rematik dan sindroma yang menyerupai lupus eritematosus sistemik ( SLE ).
•  Reaksi hipersensitif.
•  Gangguan gastrointestinal.


PERINGATAN dan PERHATIAN
•  Pemeriksaan mata harus dilakukan seTselum-p^iigotiStan.
•  Penderita dinasihatkan untuk segera melapor kepada dokter apabila terjadi perubahan ketajaman visual.
•  Ethambutol harus dihentikan dengan segera apabila terjadi gangguan visual.                                              
•  Pada penderita dengan gangguan visual seperti katarak, peradangan mata yang berulang, neuritis optik, retinopati diabetik evaluasi perubahan visual lebih sulit dilakukan. Oleh karena itu harus dapat dibedakan dengan pasti antara perubahan visual karena penyakit-penyakit/keadaan-keadaan tersebut dengan perubahan visual yang disebabkan karena ethambutol. Pada penderita ini harus dipertimbangkan antara keuntungan pemakaian ethambutol dan kemungkinan terjadinya efek samping.
•  Pada pengobatan jangka panjang pemeriksaan fungsi orgai harus dilakukan secara periodik termasuk ginjal, hati hematopoetik.
•  Data-data yang rnenunjang keamanan pemakaian ethambutol pada wanita hamil dan menyusui belum mencukupi.
•  Agar dihindarkan pemakaian bersamaan alkohol, karena akan meningkatkan efek hepatotoksik dari INH


KONTRA INDIKASI:

•  Anak-anak di bawah usia 13 tahun.
•  Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, epilepsi. alkoholisme kronik dan kerusakan hati.
•  Neuritis optik.
•  Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini Simpan di tempat sejuk dan kering, tertiindar dari cahaya



HARUS DENGAN RESEP DOKTER

BACBUTINH FORTE

• Ethambutol merupakan tuberkuloslatik dengan mekanisme keria menghambat sintesa RNA Absorbsi setelah pemberian per oral cepat Eksresi sebagian besar melalui ginjal, hanya lebih kurang 10% diubah menjadi metabolit yang inaktif. Ethambutol tidak dapat menembus janngan otak tetapi pada penderita meningitis tuberkulosa dapat ditemukan kadar terapeutik dalam cairan serebrospinal.
• INH secara in vitro mempunyai sifat bakterisid maupun bakteriostatik tetapi in vivo hanya bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja INH terhadap bakteri ekstra dan intra selular belum diketahui dehgan pasti, diduga mekanisme kerja yang utama adalah menghambiT biosintesa asam mikolat pada dinding sel mikobakterium INH menyebabkan hilangnya sifat tahan asam mikobakterium yang peka
• Vitamin B6 untuk mencegah neuritis perifer yang disebabkan pemakaian isoniazid.


KOMPOSISI:
Tablet salut selaput Bacbutinh Forte
Ethambutol HCI             500      mg
Isoniazid             200      mg
Pyridoxine HCI             10      mg


INDIKASI:
Pengobatan permulaan dan pengobatan ulang pada tuberkulosa dan pencegahan pada kasus tuberkulosa inaktif.

DOSIS:
•   Disesuaikan dengan berat badan.
•   Untuk pengobatan pertama dan profilaksis diberikan dosis tunqqal ethambutol 15 mg/kgBB/hari dan INH 300 mg/hari.
•   Untuk pengobatan ulang 60 hari pertama diberikan dosis tungqal ethambutol 25 mg/kgBB/hari dan INH 300 mg/hari.
•   Sebaiknya diberikan dalam keadaan perut kosong.

INTERAKSI OBAT:
INH dapat menurunkan ekskresi fenitoin sehingga kadar dalam darah meningkat

EFEK SAMPING :

Efek samping yang disebabkan ethambutol:
• Efek samping obat yang perlu diperhatikan adalah toksisitas okuler yang tergantung pada dosis dan lamanya pengobatan. Menurut laporan pada dosis 25 mg/kg8B/hari selama 2 bulan, diikuti dengan 15 mg/kg BB/hari, angka kejadian efek samping tersebut 0,8 %.
• Pada umumnya perubahan visual reversibel selama beberapa minggu atau beberapa bulan, tetapi bisa juga setelah 1 tahun atau lebih bahkan irreversibel. Neuritis_ retrobulbar bilateral bisa terjadi denoan
- terjadi penurunan ketajaman visual.
- kehilangan kemampuan membedakan warna.
- penyempitan lapangan pandang.
- sootomata sentral dan perifer.
• Efek samping lain yang dilaporkan :
Reaksi anafilaktoid, pruritus, dermatitis, anoreksia, nyeri abdomen, demam, nyeri sendi, gangguan gastro-intestinal (mual, muntah) malaise, sakit kepala, pusing, gelisah, disorientasi, halusinasi
•  Walaupun jarang ditemukan, bisa timbul rasa kaku dan kesemutan pada ekstremitas yang disebabkan karena neuritis perifer
Efek samping yang disebabkan INH :
•  Neuritis  perifer.   neuritis  optikus  yang  biasanya  reversibel   optik neuropati, konvulsi.
•  Peningkatan transaminase serum, bilirubinemia, ikterus dan kadanq-kadang hepatitis.
•  Sindroma rematik dan sindroma yang menyerupai lupus eritematosus sistemik ( SLE ).
•  Reaksi hipersensitif.
•  Gangguan gastrointestinal.

PERINGATAN DAN PERHATIAN
•  Pemeriksaan mata harus dilakukan seTselum-p^iigotiStan.
•  Penderita dinasihatkan untuk segera melapor kepada dokter apabila terjadi perubahan ketajaman visual.
•  Ethambutol harus dihentikan dengan segera apabila terjadi gangguan visual.                                              
•  Pada penderita dengan gangguan visual seperti katarak, peradangan mata yang berulang, neuritis optik, retinopati diabetik evaluasi perubahan visual lebih sulit dilakukan. Oleh karena itu harus dapat dibedakan dengan pasti antara perubahan visual karena penyakit-penyakit/keadaan-keadaan tersebut dengan perubahan visual yang disebabkan karena ethambutol. Pada penderita ini harus dipertimbangkan antara keuntungan pemakaian ethambutol dan kemungkinan terjadinya efek samping.
•  Pada pengobatan jangka panjang pemeriksaan fungsi orgai harus dilakukan secara periodik termasuk ginjal, hati hematopoetik.
•  Data-data yang rnenunjang keamanan pemakaian ethambutol pada wanita hamil dan menyusui belum mencukupi.
•  Agar dihindarkan pemakaian bersamaan alkohol, karena akan meningkatkan efek hepatotoksik dari INH


KONTRA INDIKASI:
•  Anak-anak di bawah usia 13 tahun.
•  Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, epilepsi. alkoholisme kronik dan kerusakan hati.
•  Neuritis optik.
•  Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini Simpan di tempat sejuk dan kering, tertiindar dari cahaya


HARUS DENGAN RESEP DOKTER
INH-CIBA
komposisi
INH, Vitamin B6 10 mg
INDIKASI
Tuberkulosa.
KONTRA INDIKASI
Hepatitis yang terinduksi oleh obat atau penyakit hati akut dengan berbagai macam penyebab.
Epilepsi, insufisiensi ginjal.

PERHATIAN
• Penggunaan alkohol sehari-hari.
• Penderita diabetes.
• Menderita penyakit hati kronis atau gangguan fungsi ginjal berat.
• Pemeriksaan mata harus dilakukan sebelum terapi dengan INH dimulai & sesudahnya secara berkala.
• Hamil & menyusui.

Interaksi obat
bisa mengurangi ekskresi Fenitoin atau dapat mempertinggi efeknya.
EFEK SAMPING
Neuropati perifer & efek neurotoksik yang lain, mual, muntah, gangguan ulu hati, reaksi hepatik, reaksi hematologis,
reaksi hipersensitifitas, reaksi metabolik & endokrin, rematik & sindroma lupus eritematosus sistemik.

KEMASAN
Tablet 400 mg x 10 x 10 biji.
DOSIS
1 tablet sehari
 
MERIMAC
komposisi :

Rifampisin.
INDIKASI :
Tuberkulosa, lepra.
KONTRA INDIKASI :
Hipersensitifitas, sakit kuning.
PERHATIAN :
Resistensi, bayi prematur dan bayi baru lahir, penyakit hati, kekurangan makanan bergizi, alkoholisme, porfiria.

Interaksi obat :

menurunkan efek antikoagulan oral Koumarin.

EFEK SAMPING :

Perubahan warna menjadi merah pada cairan tubuh, gangguan saluran pencernaan, reaksi hipersensitifitas, efek susunan saraf pusat, reaksi endokrin, sindroma flu.


KEMASAN :

Kaplet salut film 450 mg x 100 biji.

DOSIS :

Lepra :
 
-
Dewasa
: 600 mg sekali sebulan.
 
-
anak-anak
: 10 mg/kg berat badan sekali sebulan.
 
Dikombinasi dengan obat-obat anti lepra lainnya.

Tuberkulosa :
 
-
dewasa dengan berat badan kurang dari 50 kg
: 450 mg/hari.
 
-
dewasa dengan berat badan 50 kg atau lebih
: 600 mg/hari.
 
-
anak-anak
: 10-20 mg/kg berat badan.
 
Maksimal : 600 mg/hari.


 
PEHADOXIN FORTE
komposisi

Per tablet forte mengandung :
INH............................................. 400 mg
Vitamin B6....................................... 10 mg
INDIKASI
Pencegahan & pengobatan tuberkulosa pulmoner & ekstrapulmoner.
 
KONTRA INDIKASI
Penyakit hati yang diinduksi oleh obat.

PERHATIAN
• Gangguan fungsi hati atau ginjal, pasien yang mendapat obat lain yang dapat menyebabkan hepatotoksis.
• Kejang, diabetes melitus, alkoholisme kronis.
• Hamil, menyusui.


Interaksi obat

- Mempertinggi kadar Asam p-aminosalisilat dalam jaringan.
- Meningkatkan resiko kerusakan hati jika digunakan dengan Rifampisin.
- Meningkatkan resiko toksisitas jika digunakan dengan Disulfiram.
- Piridoksin mengurangi efek INH.
- INH mempertinggi efek Fenitoin, menghambat metabolisme Primidon, dan mengurangi toleransi terhadap alkohol.


EFEK SAMPING

• Efek saluran pencernaan, hipersensitifitas.
• Penyakit saraf tepi, kejang, radang saraf mata, reaksi psikosis.
• Kerusakan hati.
• Kelainan darah.
• Reaksi kulit, hiperglikemia, asidosis.
• Pelagra.


KEMASAN

Tablet forte 350 biji.

DOSIS

Dewasa : 1 tablet sehari.

 
 
ETHAMBUTOL 500MG TAB@100 GKF
Kandungan
Ethambutol
Indikasi
Terapi penyakit Tuberkolusis dalam kombinasi dengan obat anti Tuberkolusis lain.
Kontra Indikasi
Neuritis optika (radang saraf mata).
Efek Samping
Neuritis retrobulbar dengan suatu penurunan ketajaman penglihatan, skotoma sentral, dan buta warna merah-hijau. Hiperurisemia.
Perhatian
Kerusakan ginjal berat. Gout. Penurunan ketajaman penglihatan.
Dosis
Dosis lazim 15 -25 mg per kg berat badan per hari dosis tunggal. Pasien yang belum pernah diobati dengan obat anti Tuberkolusis : 15 mg per kg berat badan per hari dosis tunggal. Dapat diberikan bersama INH dosis tunggal. Pasien yang sudah diterapi dengan anti Tuberkolusis : 25 mg per kg berat badan per hari dosis tunggal. Dapat diberikan secara simultan bersama anti Tuberkolusis lain, biasanya tidak sama dengan obat yang diberikan sebelumnya.
Interaksi
Kemasan

Tablet 250 mg x 10 x 10, 20 x 10. Kaplet 500 mg x 3 x 10.
 
Obat pilihan
isoniazid
Nama generik : isoniazid
Nama dagang : inoxin®, kapedoxin®, pulmolin®, suprazid®
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain
Kontra-indikasi : penyakit hati yang aktif
Bentuk sediaan : tablet
Dosis dan aturan pakai : dewasa : 5 mg/kg per hari (dosis yang biasanya 300 mg/hari), 10 mg/kg/hari 3 kali seminggu atau 15 mg/kg 2 kali seminggu (maksimal 900 mg)
Anak : 10-15 mg/kg/hari dalam 12 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari), 20-30 mg/kg 3 kali seminggu (maksimal 900 mg)
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, neuritis perifer, dengan dosis tinggi, neuritis optic, kejang, episode psikosis, vertigo, reaksi hipersensitif seperti demam, eritema multiforme, purpura, agranulositosis, anemia hemolitik, anemia aplastik, hepatitis (terutama pada usia lebih dari 35 tahun), sindrom Sistemik Lupus Eritema, elagra, hiperrefleksia,hiperglikemia dan ginekomastia
Resiko khusus : kelainan fungsi hati
Pemberian Isoniazid selalu disertai dengan pemberian piridoksin (Vitamin B6)

pirazinamid
Nama generik : pirazinamid
Nama dagang : corsazinamid®, prazina®, sanazet®, TB Zet®
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain
Kontra-indikasi : porfiria gangguan fungsi hati berat, hipersensitifitas terhadap pirazinamid
Bentuk sediaan : tablet
Dosis dan aturan pakai : dewasa : 15-30 mg/kg/hari, 50 mg/kg dua kali seminggu, 25-30 mg/kg ( maksimal 2,5 g) 3 kali seminggu.
anak : 15-30 mg/kg/hari (maksimal 2 g/hari), 50 mg/kg/dosis 2 kali seminggu (maksial 4 g/dosis)
Efek samping : hepatotoksisitas termasuk demam, anoreksia, hepatomegali, splenomegali, jaundice, kerusakan hati, mual, muntah, urtikaria, artralgia, anemia sideroblastik.
Resiko khusus : kelainan hati kronik
 
rifampisin
Nama generik : rifampisin
Nama dagang : lanarif®, medirif®, rifabiotic®, rimactane®, rifamtibi®, rifacin®
Indikasi : bruselosis, legionelosis, infeksi berat stafilokokus kombinasi dengan obat lain. Tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain
Kontra-indikasi : jaundice
Bentuk sediaan : kapsul, kaptab
Dosis dan aturan pakai : 10 mg/kg (8-12 mg/kg) per hari, maksimal 600 mg/hari 2 atau 3 kali seminggu
Efek samping : gangguan saluran cerna seperti anoeksia, mual, muntah, sakit kepala, pada terapi interminten dapat terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi (nafas pendek), kolaps dan syok, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, purpura, trobositopenia, gangguan funsgsi hati, jaundice, kemerahan, urtikaria, ruam. Efek samping yang lain : udem, kelemahan otot, miopati, lekopenia, eosinofilia, gangguan menstruasi, warna kemerahan pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya, tromboplebtis pada pemberian per infus jangka panjang
Resiko khusus : wanita pengguna kontrasepsi, penderita Diabetes Mellitus
 
etambutol
Nama generik : etambutol
Nama dagang : bacbutol®, corsabutol®, parabutol®
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain
Kontra-indikasi : anak di bawah 6 tahun, neurotis optik, gangguan penglihatan
Bentuk sediaan : tablet
Dosis dan aturan pakai : dewasa : 15-25 mg/kg/hari, 50 mg/kg 2 kali seminggu, 25-30 mg/kg 3 kali seminggu
anak (di atas 6 tahun) : 15-20 mg/kg/hari (maksimal 1 g/hari), 50 mg/kg 3 kali seminggu (maksimal 4 g/dosis)
Efek samping : neuritis optic, buta warna merah/hijau, neuritis perifer
Resiko khusus : kelainan ginjal
 
streptomisin
Nama generik : streptomisin
Nama dagang : streptomisin sulfat meiji®
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain
Kontra-indikasi : hipersensitif terhadap aminoglikosida
Bentuk sediaan : serbuk injeksi 1g/vial, 5 g/vial
Dosis dan aturan pakai : dewasa : 15 mg/kg/hari (maksimal 1g), 25-30 mg/kg 2 kali seminggu (maksimal 1,5g), 25-30 mg/kg 3 kali seminggu (maksimal 1g)
anak : 20-40 mg/kg/hari (maksimal 1 g/hari), 20-40 mg/kg 2 kali seminggu (maksimal 1 g), 25-30 mg/kg 3 kali seminggu)
Efek samping : ototoksisitas, nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua atau gangguan fungsi ginjal
Resiko khusus : wanita hamil, kelainan ginjal

No comments:

Post a Comment